June 24, 2025
katanya, jika sebuah cerita belum selesai, akan selalu ada banyak cara untuk mempertemukan dua orang kembali — bahkan jika mereka terpisah sejauh ujung dunia.
tapi jika cerita itu sudah benar-benar selesai, meskipun mereka berada di tempat yang sama, bernapas di udara yang sama, berdiri hanya sejengkal jarak — mereka tetap tak akan saling lihat.
disinilah neyra berada,
menikmati semangkuk mie bersama beberapa temannya setelah melewati hari yang cukup melelahkan.
mereka saling mengobrol ringan dan bercanda tawa dengan riang.
namun entah mengapa, langit sore itu mendung, dan terasa berbeda.
bukan hanya sekadar pertanda akan hujan,
seakan memberi tahu bahwa sesuatu akan terjadi — sesuatu yang tidak bisa dicegah, hanya bisa dihadapi
dan benar saja,
pintu kedai terbuka, menampilkan seseorang.
langkahnya tidak asing, aromanya masih sama,
dengan seseorang perempuan yang berjalan di sampingnya.
dunia yang tadinya ramai, mendadak senyap.
He looks as if he knows the way
langkah laki-laki itu sempat melambat.
matanya menatap ke arah meja, tempat neyra duduk dengan temannya.
Theo,
nama yang sudah lama tidak neyra sebut, namun masih dapat mengejutkan jantungnya dalam sekali detik.
ia tetap sama, tidak berubah sejak terakhir kali mereka bertemu.
wanginya, bahkan senyumnya.. masih sama.
hanya saja senyum itu bukan lagi untuknya.
ia berjalan mendekat,
ada jeda, sepersekian detik, sebelum akhirnya
“Halo, Neyra kan?” sapanya, dengan setengah ragu
sapaan sederhana yang cukup mengguncang ruang yang sudah lama ia rapikan.
mereka berjabat tangan,
seperti dua orang yang pernah mengenal dengan sangat baik, lalu berpura-pura menjadi orang asing yang sopan.
Through his eyes I will hide my fear
dan ketika kedua mata mereka bertemu,
di detik itulah neyra merasa ini adalah momen paling berat dalam hidupnya.
bukan karena theo,
bukan karena tempatnya — tempat yang pernah mereka kunjungi berdua kala itu
tapi karena momen yang terjadi,
momen dimana neyra harus terlihat biasa-biasa saja, padahal ingin berlari menjauh dan menghilang
neyra tidak pernah membenci theo, tidak juga tempat ini.
yang ia benci hanyalah bagaimana dadanya terasa sesak
karena harus terlihat tegar dihadapan seseorang yang tahu persis bagaimana ia menangis
neyra menarik senyum kecil dan bertanya
“Sendirian aja?”
“Oh engga, sama temen”
theo melirik ke arah perempuan yang tak jauh dari tempat mereka, lalu memandang neyra kembali.
tak ada yang bertanya lebih jauh.
tak ada yang menjelaskan apa-apa.
karena keduanya tahu — tidak semua hal perlu diucapkan, tidak semua kejelasan membawa kelegaan.
theo berjalan menjauh, menghampiri perempuan yang sudah menunggunya.
dan neyra hanya dapat melihat punggung yang mulai menjauh.
Living an illusion, but we were so compatible
pikirannya kembali pada hari-hari yang dulu mereka lalui bersama.
dulu..
mereka terlihat sangat serasi dan cocok,
banyak hal yang sama diantara mereka, bahkan lagu yang sama
banyak orang menyebut mereka sebagai pasangan ideal — seperti dua potongan puzzle
membuat neyra percaya bahwa “sama” berarti “cocok”
aneh ya?
mereka bahkan tidak pernah benar-benar jadi apa-apa.
tidak ada label, tidak ada komitmen,
hanya dua orang asing yang kebetulan saling mengisi ruang yang kosong.
tanpa neyra sadari,
mereka hidup dalam ilusi.
saling menyukai versi terbaik satu sama lain, tanpa tahu versi jujur yang sebenarnya mereka miliki.
mereka lama kelamaan hanya saling menjaga suasana agar tetap hangat,
padahal mereka sudah kedinginan dalam diam.
mereka menghindari konflik, padahal hati mereka sudah retak.
mereka sangat pandai berpura-pura baik-baik saja,
dan hebat dalam menunda kenyataan
hingga ketika waktunya mereka sudah mulai lelah,
dan kemudian… selesai.
begitu saja.
Do you regret the path you chose?
neyra kembali tersadar,
teman-temanya tak banyak mengatakan apapun,
hanya mengusap pundaknya berharap itu dapat meringankan apa yang ia rasakan.
dan perlahan obrolan mengalir kembali seperti biasa, sebelum mereka pada akhirnya beranjak pulang.
tapi tidak ada yang benar-benar biasa setelah itu
karena neyra tau bahwa kadang yang lebih menyakitkan dari berpisah,
adalah bertemu kembali — dan menyadari bahwa semesta memang pandai mengatur ulang semuanya,
asal bukan kita yang tetap bersama.
menyesal?
mungkin neyra sedikit menyesal.
bukan karena semuanya berakhir,
melainkan karena ia terlalu lama diam, dan mencoba menyesuaikan diri agar muat dalam cerita yang bahkan tidak pernah menuliskan namanya di halaman pertama
tapi, neyra sama sekali tidak menyesal pernah tertawa bersama theo
dan tidak menyesal pernah mengira itu semua cinta
karena dari sana, neyra belajar banyak hal.
bahwa rasa nyaman bukan berarti tanda untuk tetap tinggal,
dan bahwa cinta tanpa kejelasan, hanya akan menjadi harapan yang melelahkan.
beberapa bulan setelahnya,
neyra kembali makan di kedai yang sama.
bukan untuk menengok masa lalu,
tetapi duduk dengan hati yang sudah utuh kembali.
neyra pun tak sendirian, seseorang menghampirinya
bukan lagi theo, ataupun bayangan lama lainnya
tetapi seseorang yang baru, yang cintanya begitu tenang.
neyra tak lagi harus menebak-nebak peran dirinya didalam cerita,
tidak harus menyesuaikan bentuknya agar cocok.
karena kali ini, cinta yang hadir bukan karena “kebetulan cocok” tapi karena saling sadar
pada akhirnya, neyra paham
Beberapa orang memang tidak datang untuk bertahan, mereka hanya datang untuk mengajarkan batas.
Agar saat cinta yang sesungguhnya datang, kita bisa mengenalnya — tanpa ragu.
fin
made with love, nai